Menuju Layanan Keuangan Berbasis Teknologi Digital yang Inklusif di Indonesia

Last Updated:
November 6, 2020

Read the whitepaper in English here.

Meluasnya penggunaan ponsel dan internet secara global adalah salah satu perkembangan mutakhir yang paling menjanjikan dalam mendukung inklusi keuangan. Perkembangan tersebut telah mengubah lingkup layanan keuangan di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah (low- and middle-income countries, LMIC), utamanya perkembangan layanan keuangan berbasis teknologi digital, DFS (Digital Financial Services, DFS). DFS dapat mengatasi kegagalan pasar dengan: mengurangi biaya transaksi dalam penyediaan layanan dasar perbankan dan transfer uang, menghasilkan dan menggunakan data untuk menutup kesenjangan informasi, serta mendukung terbentuknya jenis layanan keuangan digital baru.

Namun, DFS berisiko untuk meningkatkan kesenjangan jika produk-produk layanan baru tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi pengguna berpenghasilan rendah. Kesenjangan tersebut muncul ketika DFS lebih dapat diakses untuk melayani individu yang berpendapatan menengah ke atas atau mereka yang berpendidikan lebih tinggi. Kekhawatiran ini sangat relevan terutama di negara seperti Indonesia, di mana individu yang berada di puncak piramida sosial ekonomi cenderung lebih cepat mengadopsi DFS. Saat ini, bukti empiris untuk mendukung para pembuat kebijakan, organisasi nirlaba dan perusahaan/sektor swasta yang bergerak pada isu ini masih terbatas walaupun inovasi-inovasi DFS sangat berpotensi untuk menopang tujuan inklusi keuangan dan mendorong pertumbuhan yang inklusif di Indonesia. 

Laporan ini terdiri atas tiga bagian: (1) tinjauan pustaka yang secara khusus mengkaji empat hal: uang elektronik dan teknologi pembayaran, tabungan, kredit, serta perdagangan elektronik (e-commerce); (2) Potensi untuk pengembangan DFS di indonesia; serta (3) peluang untuk inovasi kebijakan dan studi di masa mendatang.